THIS BLOG IS UNDER CONSTRUCTIONS
Selamat datang di Blog Magic Dakwah. Contact Us: 081 250 16 3663. atau 1924magic@gmail.com. Follow Us: @Magicdakwah
English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Sabtu, 13 Oktober 2012

Lihat Elmoe

facebook

Lihat Elmoe


You shared your email with Elmoe and they've suggested you like their page on Facebook

Sign up for a Facebook account if you want to like Elmoe and connect with other friends. Or you can simply view the Page.
Elmoe
1 like · 0 talking about this

Sign Up for Facebook
View This Page
I don't knowElmoe
Pesan ini dikirim ke 1924magic.dakwah@blogger.com. Jika Anda tidak lagi ingin menerima email ini dari Facebook, klik: berhenti berlangganan.
Facebook, Inc. Attention: Department 415 P.O Box 10005 Palo Alto CA 94303

Jumat, 31 Agustus 2012

Walk in the Talk


Belajar teladan pada Mahatma Gandhi.
Oleh Hendra Madjid*

Siapapun mengenal Mahatma Gandhi. Tokoh kebangkitan India yang bersahaja. Banyak pihak menyayangkan kenapa Gandhi tidak pernah mendapatkan Nobel perdamaian. Tapi semua orang hampir pasti berani menasbihkannya sebagai tokoh dunia yang berwibawa. Penulis dulu mengira, wibawa Ghandi lahir dari kepiawaiannya berorasi sehingga mampu “menyihir” jutaan orang. Ternyata penulis keliru. Orasi Ghandi justru Nampak terlalu biasa untuk sosok jumawa Kaliber dunia.
Penulispun semakin bertanya, apa rahsia Gandhi agar didengar. Bukan hanya didengar, tapi dituruti kata-katanya. Seolah-olah kata-katanya seperti wejangan kanjeng Nabi Muhammad SAW kepada ummat Islam. Sampai akhirnya secara tidak sengaja di bukunya G. Pandev, kami menemukan cerita berikut ini.
Satu ketika Gandhi didatangi oleh seorang ibu dan anak. Tidak ada masalah dengan anak ini. Tapi sang Ibu mengeluhkan kebiasaan buruk si anak yang berlebihan dalam mengkonsumsi garam. Walau sebenarnya anak ibu ini memiliki sakit yang bisa sewaktu-waktu muncul karena kegemarannya mengkonsumsi garam. Sudah berulang kali nasihat, larangan bahkan hujatan yang dilontarkannya pada si anak. Tapi tidak mempan. Dengan membawanya pada Ghandi, besar harapan sang Ibu agar anaknya segera berubah.
“maaf Guru, tolong berikan nasihat kepada anakku ini… entah kenapa dia begitu gemar memakan garam. Padahal sakitnya bisa kambuh karena terlalu banyak garam…”
Gandhi berujar “Bu, tolong kembali ke sini seminggu lagi….”
Dengan penasaran si ibu pulang lalu kembali sepekan kemudian. Setelah kembali menghadap, alangkah bingungnya dia saat Gandhi hanya mengungkapkan: “Nak… berhentilah makan garam!” dengan nada lembut.  Ini adalah kalimat yang sama dengan apa yang ratusan kali dikeluarkan oleh sang ibu. Tapi selam ini memang tidak pernah mempan. Sehingga, sambil menahan kebingungan si Ibu pulang ke rumah sambil berharap anaknya mau menuruti nasihat Gandhi.
Dan betul, sebulan penuh si anak tak pernah lagi mengkonsumsi garam. Ibunya masih heran dan kembali kepada Gandhi. “kenapa bisa? Padahal ini adalah kalimat yang sama dengan yang sering aku katakana padanya?”. Dengan senyumnya yang khas, Gandhi lalu berkata “saat kamu datang pertama kali ke sini, waktu itu aku masih mengkonsumsi garam. Setelah seminggu aku berhenti memakan garam, barulah aku berani untuk memberikan nasihat padanya agar tidak memakan garam”. Si Ibu mengerti, bahwa yang selama ini tidak dimiliki olehnya adalah keteladanan. Sehingga wajar anaknya tidak pernah mau mengikuti nasihatnya.
Pantaslah sarja-sarjana India saat ini mampu membuat komputer sendiri, sepeda motor sendiri, Bajaj sendiri, mobil sendiri, Film sendiri (bollywood) dan hasilnya tak kalah saing jika dibandingkan dengan produk keluaran Eropa dan Amerika. Dengan kemandirian seperti ini, ditopang dengan jumlah penduduk yang besar National Intelligence Coulcil (NIC) mensinyalir India akan jadi salah satu kekuatan besar bersama China pada tahun 2020.
Karena Gandhi tanpa malu memakai kain kasar untuk memberikan contoh kepada masyarakat India untuk memakai produk dalam negeri. Kata-kata emasnya tidak terletak pada kata-kata itu sendiri. Tapi terletak pada laku, praktek, amal dan cara hidupnya sehari-hari. Para motivator sering menyebutnya sebagai Walk in the Talk. Pembicara mengamal dulu baru menyampaikan.
Barangkali, ada semacam gelombang tertentu yang dikirimkan dari wajah pembicara kepada audiensnya. Meski tidak melihat zahirnya, tapi penulis yakin orang-orang seperti Ust. Arifin Ilham juga mengirimkan gelombang itu agar jamaahnya merasakan apa yang beliau rasa. Termasuk mengamalkan apa yang beliau sajikan dalam ceramahnya. Atau bagaimana saat Ust. Yusuf Mansur mendorong ummat untuk bersedekah. Tanpa segan jamaah mengeluarkan isi kantongnya agar bersedekah. Tentu kita tahu, semua itu terjadi karena Ust. Yusuf adalah provokator sekaligus pengamal sedekah.
Bagaimana dengan Nabi Muhammad? Rasa-rasanya kita tidak perlu lagi bertanya bagaimana beliau mencontohkan dan memerintahkan kepada ummatnya. Sehingga pengaruhnya mengalahkan tokoh-tokoh besar dunia. Termasuk penilaian Michael Heart, seorang Kristen yang bahkan meletakkan Isa al Masih berada di bawah Rosulullah.
Bagi kita semua, orang-orang yang mengaku beriman dan sering berucap, berwejangan, Allah telah tandaskan hal ini di dalam Surah Ash-Shaff ayat 2 dan 3.
Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.”
Wajarlah jika ada yang memberi nasihat kepada orang lain tak ubahnya seperti pribahasa “masuk telinga kiri, keluar telinga kanan”. Karena kita belum beramal sebelum menyampaikan. Walau tidak selalu setiap yang kita amalkan akan diikuti orang saat kita sampaikan. Tapi setidaknya amal menjadi permulaan agar kata-kata kita tak sekadar empty wise alias kebijaksanaan yang kosong. Padahal, empty wise juga akan berakhir pada kemurkaan Tuhan kepada kita seperti yang saya sitir dalam ayat di atas.
Rindulah kita seandainya pemimpin negeri ini seperti Gandhi. Yang menyerukan agar berhemat, dan dia mengawalinya dengan laku hemat dalam memimpin negerinya seperti berangkat dengan mobil yang lebih irit. Rindulah kita pada pemimpin yang jeli sebelum berpromosi “katakanan tidak pada korupsi” namun sebelumnya telah mampu membersihkan jajaran partainya dari koruptor. Atau pimpinan sebuah instansi tertentu yang menyuruh anak buahnya agar datang tepat waktu ke kantor dengan memberi teladan datang lebih awal dari jadwal yang telah disediakan.
Perubahaan ke arah Indonesia yang lebih baik tentu berawal dari perubahan paradigma masyarakatnya tentang kehidupan. Tapi, paradigma awal yang mungkin perlu untuk kita renungkan dan amalkan bersama ialah “bisakah kita berlomba untuk menjadi teladan? Dan menjadikan keteladanan sebagai Habbits (kebiasaan) kita?”. Jika jawabnya iya, maka lihatlah, dengarlah dan rasakanlah perubahan itu sedang terjadi di sekitar kita saat ini.

*) Penulis adalah inspirator dan motivator mahasiswa dan pelajar tinggal di Amuntai

Selasa, 10 Juli 2012

open partisipate, magic dakwah

Sebelumnya 1924MAGIC yang mengelola blog magic-dakwah.blogspot.com memohon maaf kepada semua pembaca blog ini. Karena sekitar 2bulan blog ini tidak mendapatkan update. Ada banyak faktor yang mungkin tidak perlu kami sebutkan di sini. Akan tetapi, insya Allah mulai Ramadhan tahun ini kami akan memberikan update setiap 2 kali sepekan.

Tentu untuk terus mengupdate tulisan dan beberapa info penting, kami membutuhkan bantuan dari teman-teman para aktivis dakwah untuk membantu mengirimkan artikel dakwahnya kepada kami melalui email: 1924magic.blogspot.com. Bagi teman yang memiliki buku, bisa juga mengirimkan riviewnya melalui alamat tadi. Termasuk informasi kegiatan apa saja yang bisa bermanfaat untuk dakwah Islam.

Kami tidak menjanjikan apapun bagi teman yang berpartisipasi di sini. Tapi, segala yang berguna bagi banyak orang pasti akan diberikan ganjaran yang layak dari Allah Pemilik semesta ini.


Ramadhan tahun ini mungkin akan jadi ramadhan tersibuk kami. Karena Magic Dakwah memiliki banyak proyek dakwah untuk dikerjakan. Jadi, bagi teman yang bermaksud mengundang MAGIC DAKWAH untuk perform ataupun memberikan training, harap untuk menyapaikannya segera ke 081 250 16 3663 (akh Hendra Madjid).

Semoga bermanfaat.

Admin Magic Dakwah

Selasa, 29 Mei 2012

Dakwah bil Qolam: Melawan dengan Cinta *)



Menghadirkan dakwah lewat tulisan bukan perkara yang asing lagi dewasa ini. FLP termasuk pionir yang sukses mempelopori da’wah bil qolam dengan karya-karyanya yang menggungah. Saya sendiri, tumbuh menjadi remaja dengan mengagumi goresan pena Izzatul Jannah, Helvy Tiana Rosa, dan Afifah Afra. Nuansa islami yang begitu kental mewarnai setiap tulisannya, menyihir saya untuk terpikat dan membayangkan betapa indahnya kehidupan yang berbalut ukhuwah Islam dan ketaatan kepada syariat.



http://photos-b.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-prn1/554754_3595082669734_1053457220_33281818_1336201044_a.jpg

Tapi alangkah kecewanya saya, ketika semasa SMA saya mencoba kembali mengakrabi karya-karya FLP, yang saya temukan kebanyakan adalah karya-karya picisan yang menghadirkan Islam hanya sebagai pembungkus dan bumbu, tapi hilang esensi. Novel dan cerpen Islami tak lebih dari kisahan ikhwan dan akhwat yang saling mencintai dan berusaha menjaga iffah masing-masing sambil sesekali terserempet hawa nafsu yang dengan mudahnya ditutupi –atau disangka telah terbayar- oleh istighfar. Jika tidak begitu, maka cerita yang diangkat kurang lebih tentang cewek hedon yang jatuh cinta dengan ikhwan sholeh lagi tampan (wajahnya bersih bersinar karena sering dialiri air wudhu, hehehe). Pendek cerita, cinta platonik pun melanda. Di ending, jeng…jeng…jeng…si cewek hedon pun jadi akhwat. Klasik sekali, bukan?


Tampaknya kini, hampir semua fiksi berlabel ‘Islami’- baik dari FLP atau bukan- akan menghadirkan cerita serupa. Ironisnya, hal ini juga melanda penulis-penulis Islam ideologis. Penggiat karya Islami dewasa ini bisa dikatakan mulai kehilangan ide. Maksud hati memikat perhatian pasar, tapi justru kering dari nilai-nilai yang seharusnya dihadirkan. Maka agar tidak kehilangan esensi keislaman dan muatan dakwah, penerbit-penerbit idealis lebih suka mencari jalur standar dengan menerbitkan karya-karya non fiksi yang jelas-jelas berbicara mengenai perbaikan akhlak dan kepribadian Islam. Sayangnya, tulisan semacam ini hingga sekarang masih sepi peminat, terutama dari kalangan remaja yang notabene adalah pasar yang sangat potensial untuk dirambah. Stigma bahwa karya-karya Islami cenderung menggurui, membosankan, dan tidak meremaja sepertinya masih sulit dipecahkan.
***

Cukup mengginspirasi. Karya-karya Anomali yang mulai diluncuran tahun 2006 berusaha menjawab tantangan ini. Dimulai dari kritik-kritik pedas Chio yang diramu dalam Jangan Sadarin Jilbaber, Jangan Sadarin Cowok, dan ‘Jangan Sadarin’ yang lain, lalu berlanjut dengan Menggenggam Bara Islam persembahan Abay dan AlQandas AlKamil milik Akin, ide-ide dakwah pun mampu dikemas dengan sederhana namun tetap memukau dan meremaja.       

Sebelumnya, bukan tidak ada karya serupa yang mengemas dakwah dengan gaul. O.Solihin sudah lebih dulu memulainnya. Sayangnya, gaya penulisan O.Solihin kini sudah bisa terbaca (mungkin karena saking seringnya saya membaca tulisan beliau J). Berbeda dengan karya-karya Anomali yang cenderung mengagetkan dan selalu menghadirkan hal-hal kecil yang luput dari perhatian kita namun begitu penting untuk direnungkan.

Uniknya, meski dengan bermodal kertas buram dan cover tipis, buku-buku mini mereka mampu memikat remaja. Selain karna harganya yang pas dengan isi kocek, isinya yang tipis dan bahasanya yang ringan pun bisa dilumat habis sekali duduk. Bahkan, pembaca diizinkan memfotokopi asal tidak untuk kepentingan komersil. Singkatnya, Anomali itu seperti kerupuk. Ringan, renyah, dan enak dibawa kemana-mana.
***

Di antara semua buah karya Anomali, tulisan Abay Abu Hamzah paling memikat saya. Bukan bermaksud mengecilkan peran tulisan penulis-penulis lain, tapi semata-mata karena tulisan ini memiliki gaya khasnya tersendiri. Ia menggugah tanpa perlu mendayu-dayu atau memaki-maki. Dia mampu menghadirkan ide-ide hebat dengan sederhana dan bisa diterima semua kalangan pembaca.

Dimulai dari Menggenggam Bara yang secara sistematis menuturkan bagaimana seorang muslim seharusnya membangun keimanan yang kokoh dan membuktikan ikrar keimanannya dalam tindakan nyata. Awalnya, saya pikir karya ini akan membosankan. Selain karena materi yang dihadirkan adalah materi akidah yang sudah begitu lumrah, saya juga sudah merasa kenyang dengan gaya bertutur yang bagitu formil dan tertata. Tapi rupanya, karya Abay mengubah persepsi saya.

Ternyata, bahasa yang halus dan sopan tidak selalu membosankan. Justru dengan begitu, terkesan kuat penulisnya begitu tulus dan jujur menyampaikan nasehat. Abay selalu berusaha menyentuh perasaan pembaca dengan mengajak mereka berpikir dan melakukan refleksi diri bersama-sama. Bahasanya tidak menggurui, sederhana, namun tidak menghilangkan kesan intelek dan sistematis di dalamnya. Gayanya khas. Membaca karya Abay, rasa-rasanya semua dilandasi karena cinta.Ya, Cinta. Di sinilah pertama kali saya menemukan bahasa penuh cinta yang tidak berbunga-bunga dan tidak penuh nuansa merah jambu, tapi justru merah menyala. Inilah bahasa dakwah yang dilandasi cinta karena Allah.

Sebenarnya, tema yang dibawa Abay sudah pernah dibahas banyak orang. Tapi Abay menghadirkannya dengan berbeda. Ia selalu mengingatkan hal-hal kecil yang terkadang kita lupa, dan membuat kita berujar “Oh, iya, ya”. Seperti saat ia membahas membaca tentang makna istiqomah.

Jangan pikir, bahwa orang yang istiqomah adalah orang yang serba memiliki fasilitas untuk melakukan kebaikan dan menghindari keburukan. Seorang gadis yang tumbuh di keluarga pesantren, kemudian dia tidak banyak bermaksiat, dia menutup aurat dengan baik, dia banyak menghafal Al-Qur’an, dan segudang kebaikan lainya, belumlah teruji keistiqomahannya…Seorang akhwat yang mengenakan jilbab saat kuliah, kemudian pihak perguruan tinggi mengancam untuk memberhentikannya dari perkuliahan jia ia tetap mengenakan jilbabnya, tetapi akhwat tersebut tetap dengan ketaatannya kepada Allah, itulah istiqomah…
Istiqomah akan terbukti dengan diuji…Siapkah kita dengan konsekuensi do’a tersebut? Harus!

Muatan-muatan penuh hikmah selalu menyertai setiap alinea yang ditulisnya. Bukan muatan hikmah biasa, tapi hikmah yang ideologis. Sehingga setiap kalimat menjadi penting dan sayang untuk dilewatkan. Bahkan, sejak kata pertama yang dihadirkannya di cover depan, Abay sudah memikat pembaca, seperti pada buku Revolusi dari Rumah Kami:

Seperti aku, tentu kau juga sudah jengah membincang pernikahan dalam suasana merah jambu. Mari bersamaku, membincangnya dengan warna merah menyala. Ya, pernikahan adalah tungku yang memanaskan hawa perjuangan. Hingga kelak, kita akan berkata dengan bangga: “Rabbi, Revolusi ini berawal dari rumah kami!”

Tak ada gading yang tak retak. Karya Abay saya kupas di sini bukan tanpa cacat. Ada juga kok bagian yang terkadang dirasa bertele-tele. Misalkan ketika Abay mengkritik tentang dakwah yang da’i-oriented dalam Melawan dengan Cinta:

Karena berfokus pada da’i, biasanya dakwah yang dilakukannya juga sporadis. Dia tidak pernah menakar-nakar lagi apakah dakwahnya efektif atau tidak. Tidak pernah ia menghitung-hitung lagi apakah dakwahnya bisa sampai atau tidak. Tidak pernah ia mempertimbangkan apakah orang bisa menerima dakwahnya atau tidak.

Tampaknya Abay berusaha menekankan betapa buruknya sikap dakwah yang egois dan sporadis. Namun karena terlalu banyak mengulang-ulang kata yang sama dalam kalimat beruntun yang maknanya saling berdekatan, tercipta kesan sedikit membosankan. Apalagi hal ini berulang di subbab-subbab berikutnya. Padahal, kata-kata di atas sebenarnya bisa dibuat lebih efektif tanpa mengurangi ketersampaian pesan penulis pada pembaca.

Begitulah, secara umum karya-karya Abay layak untuk dibaca semua kalangan, tak hanya remaja, tapi juga orang dewasa, da’i, bahkan kaum pemikir. Bersama penulis-penulis Anomali lainnya, semoga karya-karya ideologis mampu mewarnai dunia remaja dan memimpin ranah dakwah bil qolam hingga Khilafah tegak di bumi Allah.
Tetaplah menjadi penulis ideologis!


*) disampaikan dalam bengkel Karya Senada Nisa’ Malang Raya kelima, 17 Mei 2012, di Serambi depan Gedung TIK Universitas Negeri Malang.

Rabu, 02 Mei 2012

Kisah: Ibnu Abbas


Baca Juga: Biografi Ibn Abbas

Ibnu Abbas adalah seorang yang di waktu kecil telah mendapat kerangka kepahlawanan dan prinsip-prinsip kehidupan dari Rasulullah saw.

Kendati kemudian ia ditinggal wafat Rasulullah masih dalam usia belasan tahun, Ibnu Abbas toh mampu berkembang menjadi insan pilihan. Dan dengan keteguhan iman dan kekuatan akhlaq serta melimpahnya ilmunya, Ibnu Abbas mencapai kedudukan tinggi di lingkungan tokoh-tokoh sekeliling Rasulullah.
Ia adalah putera Abbas bin Abdul Mutalib bin Hasyim, paman Rasulullah saw. Dari kecilnya, Ibnu Abbas telah mengetahui jalan hidup yang akan ditempuhnya, dan ia lebih mengetahuinya lagi ketika pada suatu hari Rasulullah menariknya ke dekatnya selagi ia masih kecil.

Sambil menepuk-nepuk bahunya Rasulullah mendoakannya, "Ya Allah, berilah ia ilmu agama yang mendalam dan ajarkanlah kepadanya tawil."

Kemudian berturut-turut pula datangnya kesempatan di mana Rasulullah mengulang-ngulang doa tadi bagi Abdullah bin Abbas sebagai saudara sepupunya itu. Dan ketika itu ia mengertilah bahwa ia diciptakan untuk ilmu dan pengetahuan.

Sementara persiapan otaknya mendorongnya pula dengan kuat untuk menempuh jalan ini. Ketika Rasulullah wafat umurnya belum lagi lebih tiga belas tahun, tetapi dari kecil tak pernah satu hari pun lewat, tanpa ia menghadiri majelis Rasulullah dan menghafalkan apa yang diucapkan.

Tekun menuntut ilmu
Dan setelah kepergian Rasulullah ke Rafiqul Ala, Ibnu Abbas mempelajari sungguh-sungguh dari sahabat-sahabat Rasul yang pertama apa-apa yang luput didengar dan dipelajarinya dari Rasulullah sendiri. Suatu tanda tanya (rasa ingin tahu) terpatri dalam pribadinya.

Maka setiap kedengaran olehnya seseorang yang mengetahui suatu ilmu atau menghafalkan hadits, segeralah ia menemuinya dan belajar kepadanya. Dan otaknya yang encer dan tidak mau puas itu, mendorongnya untuk meneliti apa yang didengarnya. Hingga tidak saja ia menumpahkan perhatian terhadap pengumpulan ilmu pengetahuan semata, tapi juga untuk meneliti dan menyelidiki sumber-sumbernya.

Pernah ia menceritakan pengalamannya, "Pernah aku bertanya kepada tiga puluh orang sahabat Rasul mengenai satu masalah." Dan bagaimana keinginannya yang amat besar untuk mendapatkan sesuatu ilmu, digambarkan sebagai berikut "Tatkala Rasulullah wafat, kukatakan kepada salah seorang pemuda Anshar: "Marilah kita bertanya kepada sahabat Rasulullah. Sekarang ini mereka hampir semuanya sedang berkumpul?"

Jawab pemuda Anshar itu, "Aneh sekali kamu ini, hai Ibnu Abbas! Apakah kamu kira orang-orang akan membutuhkanmu, padahal di kalangan mereka sebagai kau lihat banyak terdapat sahabat Rasulullah?" Demikianlah mereka tak mau di ajak, tetapi aku tetap pergi bertanya kepada sahabat-sahabat Rasulullah.
"Pernah aku mendapatkan satu hadits dari seseorang, dengan cara kudatangi rumahnya. Saat itu ia kebetulah sedang tidur siang. Kubentangkan kainku di muka pintunya, lalu duduk menunggu, sementara angin menerbangkan debu kepadaku, sampai akhirnya ia bangun dan keluar mendapatiku. Maka katanya: "Hai hai saudara sepupu Rasulullah, apa maksud kedatanganmu? Kenapa tidak kamu suruh saja orang kepadaku agar aku datang kepadamu?" "Tidak!" ujarku, "bahkan akulah yang harus datang mengunjungi anda!" Kemudian kutanyakan sebuah hadits dan aku belajar daripadanya!"

Pemuda Abbas yang agung ini bertanya dan bertanya terus. Lalu dicarinya jawaban dengan teliti, dan dikajinya dengan seksama dan dianalisanya dengan fikiran yang brilian. Dari hari ke hari pengetahuan dan ilmu yang dimilikinya berkembang dan tumbuh. Hingga dalam usianya yang muda belia telah cukup dimilikinya hikmat dari orang-orang tua, dan disadapnya ketenangan dan kebersihan pikiran mereka, sampai-sampai Amirul muminin Umar bin Khaththab ra menjadikannya kawan bermusyawarah pada setiap urusan penting.
Pada suatu hari ditanyakan kepadanya "Bagaimana Anda mendapatkan ilmu ini?" Jawabnya, "Dengan lidah yang gemar bertanya dan akal yang suka berfikir!"

Maka dengan lidahnya yang selalu bertanya dan fikirannya yang tak jemu-jemunya meneliti, serta dengan kerendahan hati dan kepandaiannya bergaul, jadilah Ibnu Abbas sebagai manusia pilihan.
Sahabat Saad bin Abi Waqqas melukiskannya begini:

"Tak seorangpun yang kutemui lebih cepat mengerti, lebih tajam berfikir dan lebih banyak dapat menyerap ilmu dan lebih luas sifat santunnya dari Ibnu Abbas! Dan sungguh, kulihat Umar memanggilnya dalam urusan-urusan pelik. Padahal sekelilingnya terdapat peserta Badar dari kalangan Muhajirin dan Anshar. Maka tampillah Ibnu Abbas menyampaikan pendapatnya, dan Umar pun tak hendak melampaui apa katanya!"

Seorang muslim penduduk Bashrah (Ibnu Abbas pernah menjadi Gubernur di sana, diangkat oleh Ali) melukiskannya pula sebagai berikut: "Ia mengambil tiga perkara dan meninggalkan tiga perkara; menarik hati pendengar apabila ia berbicara, memperhatikan setiap ucapan pembicara, memilih yang teringan apabila memutuskan perkara dan menjauhi sifat mengambil muka, menjauhi orang-orang yang rendah budi, menjauhi setiap perbuatan dosa.

Di samping ingatannya yang kuat bahkan luar biasa, Ibnu Abbas memiliki pula kecerdasan dan kepintaran istimewa. Alasan yang dikemukakannya bagai cahaya matahari, menembus kalbu menghidupkan iman.
Dalam percakapan atau dialog, tidak saja membuat lawannya terdiam, mengerti dan menerima alasan yang dikemukakannya, tetapi menyebabkannya diam terpesona, karena manisnya susunan kata dan keahliannya berbicara.

Diplomat Imam Ali
Ibnu Abbas telah lama ditakuti oleh kaum Khawarij karena logikanya yang tepat dan tajam. Pada suatu hari ia diutus oleh Imam Ali kepada sekelompok besar dari mereka. Maka terjadilah percakapan yang mempesona, di mana Ibnu Abbas mengarahkan pembicaraan serta menyodorkan alasan dengan cara yang menakjubkan:
Tanya Ibnu Abbas, "Hal-hal apakah yang menyebabkan tuan-tuan menaruh dendam terhadap Ali?" Ujar mereka, "Ada tiga hal yang menyebabkan kebencian kami padanya. Pertama dalam agama Allah ia bertahkim kepada manusia, padahal Allah berfirman "Tak ada hukum kecuali bagi Allah!"

Kedua, ia berperang tetapi tidak menawan pihak musuh dan tidak pula mengambil harta rampasan. Seandainya pihak lawan itu orang-orang kafir, berarti harta mereka itu halal. Sebaiknya bila mereka orang-orang beriman maka haramlah darahnya!"

Dan ketiga, waktu bertahkim, ia rela menanggalkan sifat Amirul Muminin dari dirinya demi mengabulkan tuntutan lawannya. Maka jika ia sudah tidak jadi amir atau kepala bagi orang-orang mukmin lagi, berarti ia kepala bagi orang-orang kafir!

Lamunan-lamunan mereka itu dipatahkan oleh Ibnu Abbas, katanya, "Mengenai perkataan tuan-tuan bahwa ia bertahkim kepada manusia dalam agama Allah, apa salahnya? Bukankah Allah telah berfirman: "Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kalian membunuh binatang buruan, sewaktu kalian dalam ihram! Barang siapa di antara kalian yang membunuhnya dengan sengaja, maka hendaklah ia membayar denda berupa binatang ternak yang sebanding dengan hewan yang dibunuhnya itu, yang untuk menetapkannya diputuskan oleh dua orang yang adil di antara kalian sebagai hakim!" (QS.Al-Maidah: 95)

"Nah, atas nama Allah cobalah jawab: Manakah yang lebih penting, bertahkim kepada manusia demi menjaga darah kaum muslimin, ataukah bertahkim kepada mereka mengenai seekor kelinci yang harganya seperempat dirham?"Para pemimpin Khawarij itu tertegun menghadapi logika tajam dan tuntas itu. Kemudian Ibnu Abbas melanjutkan bantahannya, "Tentang ucapan tuan-tuan bahwa ia perang tetapi tidak melakukan penawanan dan merebut harta rampasan, apakah tuan-tuan menghendaki agar ia mengambil Aisyah istri Rasulullah dan Ummul Muminin itu sebagai tawanan, dan pakaian berkabungnya sebagai barang rampasan?"

Di sini wajah orang-orang itu jadi merah padam karena malu, lalu menutupi muka mereka dengan tangan. Sementara Ibnu Abbas beralih kepada soal yang ke tiga, "Adapun ucapan tuan-tuan bahwa ia rela menanggalkan sifat Amirul Muminin dari dirinya sampai selesainya tahkim, maka dengarlah oleh tuan-tuan apa yang dilakukan oleh Rasulullah di hari Hudaibiyah, yakni ketika ia mengimlakkan surat perjanjian yang telah tercapai antaranya dengan orang-orang Quraisy. Katanya kepada penulis: "Tulislah! Inilah yang telah disetujui oleh Muhammad Rasulullah" Tiba-tiba utusan Quraisy menyela, "Demi Allah, seandainya kami mengakuimu sebagai Rasulullah, tentu kami tidak menghalangimu ke Baitullah dan tidak pula akan memerangimu! Maka tulislah: "Inilah yang telah disetujui oleh Muhammad bin Abdullah!" Kata Rasulullah kepada mereka, "Demi Allah, sesungguhnya saya ini Rasulullah walaupun kamu tidak hendak mengakuinya!" Lalu kepada penulis surat itu diperintahkan, "Tulislah apa yang mereka kehendaki! Tulis! Inilah yang telah disetujui oleh Muhammad bin Abdullah!"

Demikianlah dengan cara menarik dan menakjubkan berlangsung tanya jawab antara Ibnu Abbas dan golongan Khawarij. Belum lagi tukar pikiran selesai, dua puluh ribu orang di antara mereka bangkit serentak, menyatakan kepuasan mereka terhadap keterangan-keterangan Ibnu Abbas dan sekaligus memaklumkan penarikan diri mereka dari memusuhi Imam Ali!"

Ibnu Abbas tidak saja memiliki kekayaan besar berupa ilmu pengetahuan semata, tapi ia memiliki pula kekayaan yang lebih besar lagi. Yakni etika ilmu serta akhlaq para ulama. Dalam kedermawanan dan sifat kepemurahannya, ia bagaikan Imam dengan panji-panjinya.

Disamping itu ia seorang yang berhati suci dan berjiwa bersih, tidak menaruh dendam atau kebencian kepada siapa juga. Keinginannya yang tak pernah menjadi kenyang ialah harapannya agar setiap orang, baik yang dikenal atau tidak, beroleh kebaikan.

"Setiap aku mengetahui suatu ayat dari kitabullah, aku berharap kiranya semua manusia mengetahui seperti apa yang kuketahui ini. Dan setiap aku mendengar seorang hakim di antara hakim-hakim Islam melaksanakan keadilan dan memutuskan sesuatu perkara dengan adil maka aku merasa gembira dan turut mendoakannya, padahal tak ada hubungan perkara antara aku dengannya. Dan setiap aku mendengar turunnya hujan yang menimpa bumi kaum muslimin, aku merasa berbahagia, padahal tidak seekorpun binatang ternakku yang digembalakan di bumi tersebut!" Demikian kata Ibnu Abbas perihal dirinya.· (Hidayatullah)

Abdullah Bin Abbas
Beliau adalah anak laki-laki dari paman Rasulullah Saw, yaitu Abbas bin Abdul Muthalib Syaibah bin Hasyim. Namanya adalah Amr bin Abdul Manaf Bin Qoshay bin Kilab bin Murrah bin Kab bin Luay bin Ghalib bin Fihar al-Quraisyi al-Hasyimi al-Makki al-Amir. Beliau lahir di rumah Bani Hasyim pada th 3 sebelum hijrahnya Rasulullah Saw, dari seorang Ibu yang bernama Ummul Fadhl Lubabah binti Harits bin Hazn bin Bujair al-Hilaliyyah bin Hilal bin Amr. Ibnu Abbas dikaruniai anak yang paling besar bernama Abbas sehingga beliau juga dijuluki Abu Abbas sebagai kuniyahnya.

Ilmu dan kecerdasan
Keilmuannya yang dalam membuatnya banyak menyandang berbagai julukan dari orang-orang yang mengenalnya. Misalnya, Hibrul Ummah yang berarti pemimpin umat, Faqihul Ashr -orang yang paling pandai memahami agama dimasanya. Imam Tafsir, kemudian al-Bahr yang berarti lautan, hal ini karena beliau menguasai ilmu fiqih, tafsir dan tawil Quran. Dan masih banyak lagi julukan yang menghinggapi dirinya. Adapun yang paling menonjol dari beliau adalah dibidang tafsir, dan termasuk sahabat yang lebih pandai dalam bidang ini.

Keistimewaan yang dimiliki Ibnu abbas, tentunya tidak dapat terlepas dari doa Rasulullah Saw. Sebagaimana yang di ungkapkan sahabat Umar kepada Ibnu abbas, "Sesungguhnya suatu hari kami melihat Rasulullah Saw mendoakanmu kemudian mengusap kepalamu lantas berdoa, "Ya Allah faqihkan ia dalam masalah agama dan berilah ia pengetahuan dalam masalah tafsir". Maka tidak mengherankan, jika banyak para sahabat yang menimba ilmu darinya. Dan jawaban-jawaban yang diberikan, selalu merujuk dari al-Quran, jika ia mendapatinya. Apabila tidak ditemukan didalam kitabullah beliau menjawab sesuai dengan sabda Rasulullah Saw, jika tidak mendapati al-Quran dan as-Sunnah, maka beliau pun mengutarakannya. Dan jika tidak ditemukan dalam dua rujukan ini, beliau merujuk pada perkatan sahabat Abu Bakar ataupun Umar, jika semua itu tidak ditemukan maka beliau berijtihad.

Ibnu Abbas tidak saja memiliki kekayaan besar berupa ilmu pengetahuan semata. Namun beliau memiliki yang lebih daripada itu, yaitu etika ilmu serta akhlak yang luhur. Beliau juga seorang yang berhati suci dan berjiwa bersih, tidak menaruh dendam kebencian kepada siapapun juga. Salah satu kelebihan yang dimiliki sebagaimana telah beliau tuturkan dalam sebuah hadits dari Ibnu Abbas ra berkata, "Umar r.a, memasukkan saya dalam pasukan perang badar yang terdiri dari orang-orang tua, seakan-akan saya disejajarkan dengan mereka, kemudian ada seorang yang bertanya, "Kenapa pemuda ini dimasukkan dalam kelompok kita padahal kita juga mempunyai anak yang sebaya dengannya?". Umar menjawab, "Itu menurut pendapat anda sekalian".

Pada suatu hari Umar memanggil saya, dan saya datang bersama-sama dengan para sahabat lain, serta saya tahu bahwa umar memanggil saya hari itu adalah untuk menunjukkan kelebihan saya kepada mereka, kemudian umar berkata, "Apakah komentar anda terhadap firman Allah: "Apabila telah datang kemenangan dan pertolongan dari Allah?"(surat an-Nashr). Salah seorang diantara mereka menjawab, "Kami diperintah untuk memuji dan memohon ampunan kepada Allah bila kita mendapat pertolongan dan kemenangan". Para sahabat yang lain terdiam semuanya, lantas Umar bertanya kepada saya, "Apakah komentarmu juga seperti itu wahai Ibnu Abbas?" Aku menjawab, "Tidak" Umar bertanya lagi, "Lalu bagaimana komentarmu?" Saya menjawab, "Itu adalah saat kewafatan Rasulullah Saw yang diberitahukan oleh Allah kepadanya." Allah berfirman; "Apabila telah datang pertolongan dan kemenangan dari Allah, itu adalah suatu isyarat tanda dekatnya ajalmu wahai Muhammad, maka sucikanlah dengan memuji Rabbmu dan memohonlah ampunan kepada-Nya, karena Dia adalah Dzat yang Maha Penerima Taubat" Kemudian Umar berkata, "Saya tidak tahu mengenai kandungan ayat ini melebihi apa yang kamu katakan" (HR Bukhari).

Selang beberapa bulan kemudian, benarlah seperti yang dikatakan Ibnu Abbas, Rasulullah Saw berpulang kerahmatullah. Ini adalah satu bukti kecerdasan yang dimiliki Ibnu Abbas dalam bidang tafsir, dan beliau juga seorang yang berfikiran sehat dan teguh memegang amanat.

Berpulang ke Rahmatullah.
Telah menjadi sunatullah, setiap insan tak dapat melepas diri dari ujian dan cobaan. Tak terkecuali Ibnu Abbas, dalam menikmati usia udzurnya, beliau mendapat cobaan dari Dzat yang Maha Kuasa, berupa lemah pandangan dan kedua penglihatannya.

Saat tertimpa musibah ini, datanglah sekelompok orang dari penduduk Thaif menghadap Ibnu Abbas, sambil membawa Ilmu buah karya beliau, seraya meminta agar beliau membacakannya. Permintaan itu menjadikan Ibnu Abbas bimbang. Lantas beliau berkata, "Sesungguhnya aku bimbang lantaran musibahku ini. Maka barangsiapa yang memiliki ilmu dariku, maka hendaknya ia bacakan dihadapanku. Sesungguhnya pengakuanku seperti bacaanku sendiri". Kemudian sekelompok orang itupun membacakan buah karya itu di hadapan beliau.

Pada th 78 H, Ibnu Abbas wafat di Thaif dalam usia 81 th. Yang menshalati beliau dan sekaligus menjadi Imam, adalah Muhammad bin Hunaifah, beliau pula yang memasukkan ke ssdalam kuburnya.

Disebutkan pula dalam Siyar al-Alam an-Nubala. Hadits yang diriwayatkan Thabrani menerangkan, bahwa Ibnu Jubair menceritakan, saat Ibnu Abbas wafat di Thaif, kami menyaksikan jenazahnya, maka tiba-tiba kami melihat burung putih datang yang tidak diketahui bentuk dan wujudnya. Kemudian masuk kedalam keranda mayat Ibnu Abbas. Kami memandang keranda itu dan berfikir apakah burung tersebut akan keluar, ternyata burung tersebut tidak diketahui keluarnya dari keranda mayat itu. Dan saat mayat telah dimakamkan tiba-tiba ditepi kuburan Ibnu Abbas terdengar suara bacaan ayat al-Quran surat al-Fajr 27 -30.
"Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Rabbmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Masuklah kedalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah kedalam surga-Ku" (QS al-Fajr 27-30).

Suara itu tidak diketahui siapakah yang membacanya?wallahu Alam.

Sumber: Suara Media

Senin, 23 April 2012

Nyawa Rp 100,-

Oleh: Hendra Madjid
Author Magic-dakwah.blogspot.com

 gambar ini bukan ilustrasi dari cerita. Karena dalam kisah ini adalah koin Rp 100,-

Beberapa waktu yang lalu saat berdiskusi dengan ustadz Abay, beliau bercerita tetang sebuah cerita yang menurut saya inspiratif. Walau sumber cerita asli (katanya nyata) tidak dapat saya temukan,saya yakin gubahan cerita ke dalam kondisi keindonesiaan bisa memberi pelajaran kepada kita semua.


Cerita berawal ketika seorang pemuda miskin yang berupaya mencari nafkah untuk dia dan keluarganya. Pagi itu dia berangkat untuk mengerjakan apapun yang bisa menghasilkan uang.

Dalam perjalanan, dia tanpa sengaja dia menemukan koin Rp 100,- (dalam cerita asli 10 sen). Saat ini koin seratus rupiah tak bernilai apa-apa. Bahkan tidak bisa untuk membeli sebiji permen (di tempat saya permen 3 buah = Rp 500,-). Selain karena memang itu koin yang sudah tidak laku lagi dan bentuknya sudah penyok sehingga betul-betul tidak bernilai.

Pemuda tadi lalu menuju bank untuk menukarkan koin. Dia berharap itulah rizki pertama yang bisa dia dapatkan hari itu, uang Rp 100,-. Namun ternyata pihak bank tidak mau menerima uang itu. Karena memang sudah tidak laku. Tapi teller bank tadi menyarankan agar menukarkan koin itu pada kolektor koin yang tempatnya tidak jauh dari bank.

Sekeluarnya pemuda dari bank, dia langsung menuju kolektor yang dimaksud. Saat dia bertanya apa koin itu bisa ditukar, kolektor dengan senyum sumringah mengangguk. "berapa?" tanya pemuda. "untuk koin 100 ini, sebenarnya saya sudah memiliki. Namun, jika anda mau, saya akan membelinya dengan harga Rp 5.000.000,-" jawab kolektor. Tanpa berpikir panjang, apalagi melakukan proses tawar-menawar pemuda tadi menyetujui harga tersebut.

Kini di kantong pemuda tadi sudah ada lima juta. Sembari berjalan, diapun teringat di rumahnya belum ada lemari untuk menyimpan pakaiannya dan keluarga. Dalam pemikiran sederhana pemuda ini, "saya akan belikan kayu untuk membuat lemari di rumah. Tapi harus dengan kayu terbaik. Karena inilah yang akan bisa dibanggakan". Kalau menurut saya, kenapa tidak dijadikan modal usaha saja?

Haha... tapi cerita ini tidak seperti yang saya harapkan. Pemuda tadi meneruskan niatnya untuk membeli kayu terbaik untuk dibuat lemari. Dan kontan, harga kayu itu adalah Rp 5.000.000,- (koq bisa ya? lanjutkan saja membaca ceritanya). Pemilik toko kayu bersedia meminjamkan gerobaknya agar pemuda bisa membawa kayu hingga ke rumahnya. Dan pulanglah dia.

Dalam perjalanan pulang dia melewati beberapa toko Meubel. Dan secara kebetulan, salah seorang pemilik toko Meubel menghentikan langkahnya. Dilihatnya kayu-kayu yang dibawa pemuda tadi. Sambil berdecak dia berkata "Bolehkah saya membeli kayu ini? Saya sangat memerlukannya untuk membuat Lemari dan Meubel lain". Pemuda tadi sebenarnya sedikit keheranan, tapi dia memberanikan diri untuk bertanya. "memang berapa bapak mau beli?" tanyanya. "Kayu ini lumayan bagus, saya beli Rp 10 juta. Bagaimana? Tapi saat ini saya tidak bisa membeli secara tunai. Anda bisa memilih beberapa Meubel saya, sehingga harganya Rp 10 juta. Bagaimana?"

Pemuda ini merasa sangat beruntung, karena dia tidak perlu lagi bersush payah membuat lemari. Mahal sekarang dia akan mendapatkan meubel lain seperti kursi, meja dan lain-lain. Akhirnya kesepakatanpun terjadi. Gerobak yang tadinya penuh kayu, sekarang sudah berat dengan beberapa meubel di atasnya. Tak jauh dia berjalan, sebuah mobil mewah memberi tanda agar dia berhenti.

"Pak, kami sedang mencari meubel. Tapi tak ada yang cocok dengan rumah kami. Saya melihat barang yang bapak bawa sesuai dengan model meubel yang kami inginkan. Boleh kami membelinya?" tanya Seorang yang baru keluar dari mobil. Kali ini pemuda itu semakin terkejut. Dia tersenyum tanpa berkata. "bagaimana jika saya beli Rp 25juta?". Si pemuda mengangguk. Dan uang tunai itu segera dia dapatkan stelah proses antar jemput selesai.

Malam telah tiba. Semakin pekat. Tapi hati sang pemuda begitu riang bahagia. Tak menyangka dia mendapatkan rizki sebanyak itu. Diapun mempercepat langkah agar segera bisa membagi kebahagiaan dengan istrinya.

Jika cerita berakhir sampai di sini, kita akan berkesimpulan bahwa pemuda ini begitu beruntung. Tapi, cerita ini belum habis kawan. Sebelum sampai ke rumah, pemuda ini dicegat oleh sekawanan preman yang setengah mabuk. Lalu preman-preman itu mengancam dan akhirnya merampok sang pemuda.Habislah sudah Rp 25 juta yang sempat menjadi asa untuknya dan keluarga.

Sesampainya di rumah pemuda tadi mencuci muka dan duduk bersama istrinya. "Di luar tadi ada apa kang? koq kayaknya ribut banget..." buka sang istri memulai pembicaraan. "Ah, itu preman-preman pasar yang biasa malakin warga. Dan hari ini kena giliran ayah yang kena palak" kata si suami. "memangnya mereka berhasil memalak berapa dari ayah?". Sembari tersenyum simpul, dia berkata "tidak banyak. Mereka hanya merampok Rp 100,-"

***
Beberapa orang di antara kita mungkin akan berpendapat, betapa ruginya pemuda ini? Kasihan dia.
Kawan, kalau kita menghitung secara materi, pemuda ini sungguh telah beruntung dan rugi sekaligus. Karena dari Rp 100,- menjadi Rp 5.000.000,- lalu berevolusi menjadi Rp 10juta dan 25 juta, lalu dia dirampok. Kalau seandainya pemuda itu melawan dan berduel dengan para preman tadi mungkin hasilnya akan berbeda. Tentu tidak salah kita menghitung-hitung dari sisi ini. Tapi tahukah sebenarnya kita. Bahwa sang pemuda itu benar-benar telah beruntung seberuntung-beruntungnya. Karena dia telah menyelamatkan hartanya yang paling berharga: NYAWA.


Silakan berkomentar.... Semoga bermanfaat.

Rabu, 18 April 2012

Kisah: Sa'ad bin Mu'adz


Sa'ad bin Abi Waqash r.a. menceritakan bahwa ketika Sa'ad bin Mu'adz wafat setelah perang Khandaq, Rasulullah Saw tergesa-gesa keluar, sampai memutuskan tali sandal seseorang dan tidak membetulkannya, tidak melilitkan kembali selendangnya yang terurai, dan tidak menyapa seorang pun. Orang-orang bertanya, "Ya Rasulullah, mengapa engkau mengabaikan kami?" Beliau menjawab, "Aku khawatir malaikat mendahului kita untuk memandikan jenazah Sa'ad bin Mu`adz, seperti halnya ia mendahului kita memandikan jenazah Hanzhalah." (Riwayat Abu Na'im)

Dalam riwayat lain diceritakan bahwa pada perang Khandaq, mata Sa'ad bin Mu'adz terkena tombak yang dilemparkan Hayyan bin Arqah. Tenda untuk Nabi Saw. telah dipasang di dalam masjid karena beliau akan segera kembali dari perang. Sewaktu Nabi Saw. pulang dari Khandaq, beliau melepas baju besinya, kemudian mandi. Ketika beliau sedang mengibaskan debu di kepalanya, Jibril datang lalu berkata, "Engkau telah melepas baju besimu. Demi Allah, jangan melepasnya dulu, temuilah mereka!" Nabi Saw bertanya, "Ke mana?" Jibril menunjuk ke arah perkampungan Band Quraizhah. Rasulullah Saw segera menuju ke sana. Mereka bertempur untuk menegakkan keadilan atas Sa'ad. Rasulullah berkata, "Sungguh aku akan menghukum mereka, mengobarkan peperangan, menawan para wanita dan anak-anak, juga membagi harta kekayaan mereka." Kemudian Sa'ad berdoa, "Ya Allah, Engkau Maha Tahu, tidak satu pun yang begitu ingin aku perangi karena Engkau selain kaum yang mendustakan dan mengusir Rasul-Mu. Ya Allah, aku sungguh yakin bahwa Engkau telah mengobarkan peperangan di antara kami dan mereka. Jika masih ada peperangan dengan kaum Quraisy, beri aku kesempatan untuk memerangi mereka karena Engkau. Jika Engkau mengobarkan peperangan, izinkan aku mengikutinya dan biarkan aku mati di sana." Malam itu, peperangan dengan Bani Quraizhah berkobar, akhirnya Sa'ad bin Muadz wafat karenanya. (Diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari Aisyah)

Dikisahkan pula bahwa pada saat perang Ahzab (Khandaq), mata Sa'ad bin Mu`adz terkena tombak sehingga mengucurkan banyak darah. Sa'ad berdoa, "Ya Allah, jangan cabut nyawaku agar mataku tetap terbuka sampai di tempat Bani Quraizhah." Lalu ia menahan pembuluh darah di matanya, tetapi tidak keluar setetes pun darah, sampai kaum muslimin memerangi Bani Quraizhah. Seusai perang, pembuluh darah di mata Sa'ad bin Mu`adz pecah, dan ia menemui ajalnya. (Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dari Jabir r.a.)

Rasulullah Saw pernah bersabda tentang Sa'ad bin Mu'adz, "Sa'ad telah menggoncangkan 'Arsy, dan jenazahnya diantar 70.000 malaikat." (HR Al-Baihagi dari Ibnu `Umar r.a.)

Dalam riwayat lain diceritakan bahwa Jibril menemui Nabi Saw lalu bertanya, "Siapakah hamba saleh yang wafat sehingga pintu-pintu langit terbuka untuknya dan `Arsy bergetar?" Nabi kemudian keluar, ternyata Sa'ad bin Mu`adz telah wafat. (HR Al-Baihaqi dari Jabir r.a)

Rafi` al-Zargi menceritakan bahwa salah seorang kaumnya memberitahu bahwa Jibril telah mendatangi Nabi Saw di tengah malam dengan mengenakan ikat kepala dari sutra tebal, lalu Jibril bertanya, "Jenazah siapa gerangan yang telah membuka pintu langit dan menggoncangkan Arsy?" Beliau segera berdiri menemui Sa'ad bin Mu'adz dan menemukannya telah gugur. Dalam riwayat lain Hasan Al-Bashri berkata, "Sa'ad bin Mu`adz telah menggoncangkan 'Arsy Zat Yang Maha Pengasih, karena gembira dengan kedatangan ruhnya." (Kedua riwayat ini diceritakan oleh Al-Baihaqi)

Muslimah bin Aslam bin Harisy bercerita, "Rasulullah Saw memasuki rumah Sa'ad, tetapi tak ada seorang pun di dalamnya kecuali Sa'ad yang ditutupi kain. Kemudian aku melihat beliau melangkah dan memberi isyarat kepadaku agar berhenti. Aku berhenti dan mundur ke belakang, beliau duduk sebentar lalu keluar. Aku berkata, `Ya Rasulullah, aku tidak melihat seorang pun di sana, namun aku melihatmu melangkah.' Beliau menjawab, Aku tidak bisa duduk, sampai salah satu malaikat melepaskan salah satu sayapnya."' (HR Ibnu Sa'ad)

Riwayat lain menceritakan hahwa ketika Sa'ad bin Mu'adz wafat, Rasulullah Saw menggenggam kedua lutut Sa'ad lalu berkata, "Malaikat masuk, tetapi tidak mendapatkan tempat duduk, maka aku lapangkan tempat untuknya." Ketika orang-orang mengusung jenazah Sa'ad bin Mu'adz yang pada masa hidupnya ia adalah orang yang paling besar dan tinggi, salah seorang munafik berkata, "Kami belum pernah mengusung jenazah yang lebih ringan daripada hari ini." Lalu Nabi Saw bersaada, "Jenazah Sa'ad bin Mu'adz disaksikan 70.000 malaikat yang tidak menginjak bumi sama sekali." (Riwayat Abu Na'im dari Asy'at bin Ishaq bin Sa'ad bin Abi Waqash)

Diceritakan pula bahwa ketika mengusung jenazah Sa'ad, orang-orang mengatakan, "Ya Rasulullah, kami belum pernah mengusung jenazah yang lebih ringan daripada ini." Beliau menjelaskan, "Kalian merasa ringan, karena malaikat telah turun tangan, padahal sebelumnya mereka belum pernah ikut mengusung jenazah bersama-sama kalian." (Riwayat Ibnu Sa'ad dari Mahmud bin Lubaid)

Muhammad bin Syarahbil bin Hasanah menceritakan bahwa pada hari itu, orang-orang mengambil tanah kuburan Sa'ad dan membawanya pulang. Setelah pulang, mereka melihat tanah tersebut telah berubah menjadi minyak wangi. Rasulullah Saw berkata, "Maha Suci Allah, Maha Suci Allah." Lalu beliau mengusapkan minyak wangi itu ke wajahnya dan berkata lagi, "Segala puji hanya bagi Allah, kalau ada orang yang selamat dari himpitan kubur, Sa'ad lah orangnya. Ia dikenai satu himpitan, kemudian Allah membebaskannya." (HR Ibnu Sa'ad dan Abu Na'im dari jalur Muhammad bin Munkadir)
Anni Sa'id al-Khudri r.a. berkata, "Aku ikut menghadiri pemakaman Sa'ad. Setiap kami menggali sebongkah tanah kuburnya, kami mencium harum minyak wangi." (Riwayat Ibnu Sa'ad)

sumber: kawan sejati

Rabu, 11 April 2012

Kisah: Huzaifah bin Yaman

Khilafah

Sahabat tokoh penaklukan ini banyak memegang rahasia-rahasia Nabi. Khalifah Umar bin Khattab ra. mengangkatnya menjadi pemerinah di Madain. Pada tahun 642 M, dia berhasil mengalahkan pasukan Persia dalam perang Nahawand, kemudian dia mengikuti perang penaklukan Jazirah Arab dan akhirnya meninggal di kota Madain.
“Jika engkau ingin digolongkan kepada Muhajirin, engkau memang Muhajir. Dan jika engkau ingin digolongkan kepada Anshar, engkau memang seorang Anshar. Pilihlah mana yang engkau sukai. “
Itulah kalimat yang diucapkan Rasulullah kepada Hudzaifah Ibnul Yaman, ketika bertemu pertama kali di Mekah. Mengenai pilihan itu, apakah beliau tergolong Muhajirin atau Anshar ada kisah tersendiri bagi Hudzaifah.
Al-Yaman, ayah Hudzaifah, adalah orang Mekah dari Bani Abbas. Karena sebuah utang darah dalam kaumnya, dia terpaksa menyingkir dari Mekah ke Yastrib (Madinah). Di sana dia meminta perlindungan kepada Bani Abd Asyhal dan bersumpah setia pada mereka untuk menjadi keluarga dalam persukuan Bani Abd Asyhal. Ia kemudian menikah dengan anak perempuan suku Asyhal. Dari perkawinannya itu, lahirlah anaknya, Hudzaifah. Maka, hilanglah halangan yang menghambat Al-Yaman untuk memasuki kota Mekah. Sejak itu dia bebas pulang pergi antara Mekah dan Madinah. Meski demikian, dia lebih banyak tinggal dan menetap di Madinah.
Ketika Islam memancarkan cahanya ke seluruh Jazirah Arab, Al-Yaman termasuk salah seorang dari sepuluh orang Bani Abbas yang berkeinginan menemui Rasulullah dan menyatakan keislamannya. Ini semua terjadi sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah. Sesuai dengan garis keturunan yang berlaku di negeri Arab, yaitu garis keturunan bapak (patriach), maka Hudzaifah adalah orang Mekah yang lahir dan dibesarkan di Madinah.
Hudzaifah Ibnul Yaman lahir di rumah tangga muslim, dipelihara dan dibesarkan dalam pangkuan kedua ibu bapaknya yang telah memeluk agama Allah, sebagai rombongan pertama. Karena itu, Hudzaifah telah Islam sebelum dia bertemu muka dengan Rasulullah .
Kerinduan Hudzaifah hendak bertemu dengan Rasulullah memenuhi setiap rongga hatinya. Sejak masuk Islam, dia senantiasa menunggu-nunggu berita, dan nyinyir bertanya tentang kepribadian dan ciri-ciri beliau. Bila hal itu dijelaskan orang kepadanya, makin bertambah cinta dan kerinduannya kepada Rasulullah.
Pada suatu hari dia berangkat ke Mekah sengaja hendak menemui Rasulullah. Setelah bertemu, Hudzaifah bertanya kepada beliau, “Apakah saya ini seorang Muhajir atau Anshar, ya Rasulullah?”
Jawab Rasulullah, “Jika engkau ingin disebut Muhajir engkau memang seorang muhajir dan jika engkau ingin disebut Anshar, engkau memang orang Anshar. Pilihlah mana yang engkau sukai.”
Hudzaifah menjawab, “Aku memilih Anshar, ya Rasulullah!”
Setelah Rasulullah hijrah ke Madinah, Hudzaifah selalu mendampingi beliau bagaikan seorang kekasih. Hudzaifah turut bersama-sama dalam setiap peperangan yang dipimpinnya, kecuali dalam Perang Badar. Mengapa dia tidak ikut dalam Perang Badar? Soal ini pernah diceritakan oleh Hudzaifah. Ia berkata, “Yang menghalangiku untuk turut berperang dalam peperangan Badar karena saat itu aku dan bapakku sedang pergi keluar Madinah. Dalam perjalanan pulang, kami ditangkap oleh kaum kafir Quraisy seraya bertanya, “Hendak ke mana kalian?”
Mereka menjawab, “Ke Madinah!”
Mereka bertanya, “Kalian hendak menemui Muhammad?”
“Kami hendak pulang ke rumah kami di Madinah,” jawab kami.
Mereka tidak bersedia membebaskan kami, kecuali dengan perjanjian bahwa kami tidak akan membantu Muhammad, dan tidak akan memerangi mereka. Sesudah itu barulah kami dibebaskannya.
Setelah bertemu dengan Rasulullah , kami menceritakan kepada beliau peristiwa tertangkapnya kami oleh kaum kafir Quraisy dan perjanjian dengan mereka. Lalu, kami bertanya kepada beliau tentang apa yang harus kami lakukan.
Rasulullah menjawab, “Batalkan perjanjian itu, dan marilah kita mohon pertolongan Allah untuk mengalahkan mereka!”

Sabtu, 07 April 2012

Kisah: Abdullah bin Rawahah, ranjangnya timpang di surga.


Waktu itu, Rasulullah sedang duduk di suatu dataran tinggi di kota Makkah, menyambut para utusan yang datang dari Yatsrib (Madinah) dengan sembunyi-sembunyi agar tidak diketahui kaum Quraisy. Mereka yang datang ini terdiri dari 12 orang utusan suku atau kelompok yang kemudian dikenal dengan sebutan kaum Anshar (penolong Rasul).

Mereka akan berbaiat kepada Rasulullah, yang kelak disebut dengan Baiat Aqabah Ula (pertama). Merekalah pembawa dan penyiar Islam pertama ke Yatsrib. Dan baiat merekalah yang membuka jalan bagi hijrahnya Nabi beserta pengikut beliau, yang pada gilirannya membawa kemajuan bagi Islam. Salah seorang dari utusan yang dibaiat itu adalah Abdullah bin Rawahah.

Ibnu Rawahah adalah seorang penulis dan penyair ulung. Untaian syair-syairnya begitu kuat dan indah didengar. Sejak memeluk Islam, ia membaktikan kemampuan bersyairnya untuk mengabdi bagi kejayaan Islam. Rasulullah sangat menyukai dan menikmati syair-syairnya, serta serta sering menganjurkan kepadanya untuk lebih tekun lagi membuat syair.

Pada suatu hari, Rasulullah sedang duduk bersama para sahabat, tiba-tiba datanglah Abdullah bin Rawahah. Lalu Nabi bertanya kepadanya, "Apa yang kau lakukan jika hendak mengucapkan syair?"

Abdullah menjawab, "Kurenungkan dulu, kemudian baru kuucapkan."

Ia kemudian mengucapkan syair tanpa pikir panjang. "Wahai putra Hasyim, sungguh Allah telah melebihkanmu dari seluruh manusia dan memberimu keutamaan, di mana orang lain takkan iri. Dan sungguh aku menaruk firasat baik yang kuyakini pada dirimu. Suatu firasat yang berbeda dengan pandangan hidup mereka. Seandainya engkau bertanya dan meminta pertolongan kepada mereka untuk memecahkan persolan, tiadalah mereka hendak menjawab atau membela. Karena itu Allah mengukuhkan kebaikan dan ajaran yang engkau bawa. Sebagaimana Ia telah mengukuhkan dan memberi pertolongan kepada Musa."

Mendengar itu, Rasulullah gembira dan ridha kepadanya. Beliau bersabda, "Dan kamu pun akan diteguhkan Allah."

Ketika Rasulullah sedang thawaf di Baitullah pada Umrah Qadha, Ibnu Rawahah berada di depan beliau sambil bersyair, "Oh Tuhan, kalaulah tidak karena Engkau, niscaya kami tidaklah akan mendapat petunjuk, tidak akan bersedekah dan shalat. Maka mohon turunkan sakinah atas kami dan teguhkan pendirian kami jika musuh datang menghadang. Sesungguhnya orang-orang yang telah aniaya terhadap kami, bila mereka membuat fitnah, akan kami tolak dan kami tentang."

Suatu ketika Abdullah bin Rawahah sangat berduka dengan turunnya ayat, "Dan para penyair, banyak pengikut mereka orang-orang sesat." (QS Asy-Syu'ara: 224).

Namun kedukaannya terhibur dengan turunnya ayat lain, "Kecuali orang-orang (penyair) yang beriman, beramal saleh, banyak ingat kepada Allah, dan menuntut bela sesudah mereka dianiaya." (QS Asy-Syu'ara: 227).

Ketika kaum Muslimin terjun ke medan perang demi membela kalimat Allah, Abdullah bin Rawahah turut tampil membawa pedangnya ke medan tempur Badar, Uhud, Khandaq, Hudaibiyah, dan Khaibar. Ia menjadikan kalimat syairnya sebagai slogan perjuangan. "Wahai diri! Seandainya kamu tidak tewas terbunuh dalam perang, maka kamu akan mati juga!"

Pada waktu Perang Mu'tah, balatentara Romawi sedemikian besarnya, hampir 200.000 orang. Sementara barisan kaum Muslimin sangat sedikit. Ketika melihat besarnya pasukan musuh, salah seorang berkata, "Sebaiknya kita kirim utusan kepada Rasulullah, memberitakan jumlah musuh yang besar. Mungkin kita akan dapat bantuan tambahan pasukan, atau jika diperintahkan tetap maju maka kita patuhi."

Namun Abdullah bin Rawahah berdiri di depan barisan pasukan Muslim. "Kawan-kawan sekalian," teriaknya, "Demi Allah, sesungguhnya kita berperang melawan musuh-musuh kita bukan berdasarkan bilangan, kekuatan atau jumlah pasukan kita. Tapi kita memerangi mereka demi mempertahankan agama kita ini, yang dengan memeluknya, kita dimuliakan Allah. Ayo, maju! Salah satu dari dua kebaikan pasti kita raih; kemenangan atau syahid di jalan Allah."

Dengan bersorak-sorai, kaum Muslimin yang berjumlah sedikit namun besar imannya itu menyatakan setuju. Mereka berteriak, "Sungguh, demi Allah, benar apa yang dikatakan Ibnu Rawahah!"

Perang pun berkecamuk. Pemimpin pasukan pertama, Zaid bin Haritsah gugur sebagai syahid. Demikian pula dengan pemimpin kedua, Ja'far bin Abi Thalib. Abdullah bin Rawahah kemudian meraih panji perang dari tangan Ja'far dan terus memimpin pasukan. Ia pun terus menerjang barisan tentara musuh yang menyerbu bak air bah. Abdullah bin Rawahah pun gugur sebagai syahid, menyusul dua sahabatnya; Zaid dan Ja'far.

Pada saat pertempuran berkecamuk dengan sengit di Balqa', bumi Syam, Rasulullah SAW tengah berkumpul dengan para sahabat dalam suatu majelis. Tiba-tiba beliau terdiam, dan air mata menetes di pipinya. Rasulullah memandang para sahabatnya lalu berkata, "Panji perang dipegang oleh Zaid bin Haritsah, ia bertempur bersamanya  hingga gugur sebagai syahid. Kemudian diambil alih oleh Ja'far, ia bertempur dan syahid juga. Kemudian panji itu dipegang oleh Abdullah bin Rawahah dan ia bertempur, lalu gugur sebagai syahid."

Rasulullah kemudian terdiam sebentar, sementara mata beliau masih berkaca-kaca, menyiratkan kebahagiaan, ketentraman dan kerinduan. Kemudian beliau bersabda, "Mereka bertiga diangkatkan ke tempatku di surga."

disadur dari: Republika

Dalam sebuah riwayat digambarkan bahwah ibn Rawahah sempat ragu setelah mengobarkan semangat kaum muslim di medan mu'tah. Dia tetap masuk ke dalam surga Allah walau kata Rosulullah ranjangnya tidak rata. Kawan, biarpun tidak rata, tetaplah masuk surga...

Training Magic Dakwah bersama ust. Abay, Segar, inspiratif dan antigalau.
Informasi dan Undangan 081 250 16 3663

Minggu, 25 Maret 2012

Buku: Trio Mujahid

Mereka menyaksikannya, meski hanya lewat gambar! Rumah dan fasilitas umum hancur menjadi puing-puing reruntuhan. Mayat-mayat penduduk bergelimpangan nyaris di setiap sudut jalan. Bayi-bayi mungil tak berdosa meregang nyawa tertembus peluru dan senjata kimia. Anak-anak kecil seusia mereka menangis ketakutan di sisi jasad orang tuanya yang telah kaku. Tak ada yang tersisa, selain duka dan perih yang menyayat. Mereka dibunuh tanpa perikemanusiaan. Dan semuanya terjadi bersamaan di belahan bumi muslim yang terjajah.

Sejak itu, ketiganya berjanji untuk tidak berdiam diri atas segala ketertindasan itu. Mereka meneguhkan tekad untuk menjadi mujahid (pejuang) yang akan membela negeri-negeri muslim yang terjajah dan teraniaya. Dan saat waktu itu tiba, Trio Mujahid itu telah mempersiapkan segalanya. Di benak mereka hanya terpampang kalimat, "Hidup dalam kemuliaan atau mati sebagai syuhada." Dikemas dengan alur yang menarik dan kuat, menjadikan cerpen-cerpen karya Dian Auliya ini sungguh memikat!




Trio Mujahid
ISBN: 978-602-225-318-1
Terbit: Maret 2012
Tebal: 214 halaman
Harga: Rp. 44.300,00










Untuk Pemesanan bisa klik melalui link ini: http://www.leutikaprio.com/produk/11027/kumpulan_cerpen/1203481/trio_mujahid/12013296/dian_auliya
Semoga bermanfaat...

Magic Video: Cinta Keluarga

Apapun yang terjadi di luar. Entah goncangan dari pihak luar, himpitan ekomoni yang mendera, keutuhan keluarga tetap menjadi prioritas no.1.

Bagaimana aplikasinya dalam MAGIC DAKWAH, berikut video cinta keluarga untuk anda semua.


Selamat menikmati.


Bagi yang gak suka kartu, harap dimaklumi. Ini hanya permainan sulap. Gak ada judi2-an di sini yah...

Undangan Magic Dakwah Perform atau Training Magic Dakwah dapat menghubungi; 081 250 16 3663 atau 1924magic@gmail.com

Jumat, 23 Maret 2012

Kisah: Hanzalah bin Abi Amir pemuda yang dimandikan malaikat

Malam telah menyelimuti kota Madinah Al Munawwarah, bintang -bintang yang bertaburan membawa kedamaian dan ketenangan serta mimpi indah, yang jelas malam itu sebenarnya malam biasa, tapi tidak sama sekali bagi Hanzhalah bin Abi Amir Radiallahuanhu . Hari itu hari dimana mimpinya terwujud, hari yang lama datangnya hari yang lama ditunggunya hari itu Hanzhalah naik ke pelaminan.

Hanzhalah menikah pada suatu malam yang besok paginya terjadi perang di Uhud. Hanzhalah minta izin kepada Nabi Shalallahu alaihi wa salam untuk bermalam bersama isterinya. Sementara dia sendiri tidak tahu dengan pasti apakah malam itu malam pertemuan atau justru malam perpisahan. Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa salam memberinya ijin untuk menginap malam itu bersama pasangan kemantennya.
Manis macam apakah yang ada pada malam itu ? Rahasia apa yang dipendam hari itu dari Hanzhalah? Bersamaan dengan menyembulnya fajar pertama terdengar gemuruh perang, terdengar seorang menyeru dan mengumumkan jihad.
Beberapa saat dia timbang-timbang antara kenikmatan dunia dan kenikmatan Akhirat Akhirnya dia memilih akhirat demi kenikmatannya. Untuk kemudian menyongsong panggilan jihad dan meninggalkan dunia dengan segala isinya.

Waktu itu Hanzhalah Radiallahuanhu masih Junub, belum sempat mandi besar, melesat memenuhi seruan kebenaran, serta melayang tidak menginjak bumi, Sepasang penganten malam itu melesat dengan membawa senjatanya untuk bergabung dengan Nabi Shalallahu alaihi was salam yang sedang menyiapkan barisan Muslimin, meyiapkan hati untuk melakukan transaksi dijalan Allah Hanzhalah masuk pasar surga .

Perang sangat dahsyat berkemilau dengan serunya pada awalnya kemenagan diraih tapi tatkala pasukan pemanah meninggalkan posisi mereka, keadaan berbalik menjadi kacau dan orang-orang musyrik maju.

Akan tetapi beberapa tentara tetap teguh bertahan bersama Rasulullah Shalallahu alihi wa salam, termasuk di dalamnya Hanzhalah Dia terus menunjukkan dan membuktikan kecintaannya terhadap Allah Subhanahu wa ta'ala. Dia maju menghadap Abu Sofyan bin Harb Dengan cepat dia menebas kaki kuda Abu Sofyan dari belakang sehingga Abu Sofyan terjatuh dia menjatuhkannya dari atas kudanya seakan-akan dia menjatuhkan kebathilan yang telah mencuri kebenaran dan kebathilan yang mengacau akidahnya Pada saat itu datanglah Syaddad bin Al Aswad membantu Abu Sofyan melawan Hanzhalah Radiallahuanhu, untuk kemudian salah satu dari dua orang itu bisa membunuh hati yang bersih dengan lemparan lembing yang tembus Abu Sofyan berteriak " Hanzhalah dengan Hanzhalah yang maksudnya dia telah membalaskan dendam anaknya yang terbunuh dalam perang Badar Hanzhalah Radiallahuanhu meninggalkan kita, tetapi bau wangi misik darinya tetap semerbak menyirami jiwa-jiwa generasi sesudahnya agar jiwa yang sedang tertidur menjadi bangkit dengan harapan suatu ketika akan menunggangi kuda-kuda Syahid.

Tanah menjadi suci dengan kemanten kita tadi lalu perang usai mereka yang telah melakukan transaksi telah menjajakan semua barangnya mereka membawa hati mereka dalam genggaman Untuk diterima atau ditolak oleh Allah Subhanahu wa ta'ala sesuai dengan kehendak-Nya.

Mereka yakin bahwa kesungguhan / kejujuran pada waktu itu adalah kekayaan yang paling berharga. Dan siapa yang sungguh- sungguh jujur dengan Allah tidak akan sia-sia.

Para Sahabat Radiallahuanhu yang masih tersisa mulai mencari saudara-saudara mereka yang masih menanti janji dari langit memilah-milah siapa yang lebih dahulu ke langit. Tangan mereka yang berusaha menyentuh jasad Hanzhalah Radiallahuanhu yang berlumur darah mereka kagum adanya rintik rintik air mengalir dari dahinya seperti butiran-butiran mutiara dan berjatuhan dari sela-sela rambutnya. Ini tentu menjadi misteri Apa maksudnya sampai kemudian para sahabat mendengar suara Nabi Shalallahu alaihi wa salam bersabda : "Sungguh Aku melihat Malaikat memandikan Hanzhalah bin Amir ra antara langit dan bumi dengan air awan dalam bejana terbaut dari perak.

Sesungguhnya Allah telah membeli jiwa dan harta orang-orang yang beriman dengan mendapatkan harga surga Selamat wahai anda Hanzhalah anda telah mendapat surga orang-orang Aus, Suku Hanzhalah sangat bangga dengannya karena dari suku mereka ada yang dimandikan Malaikat
Sesungguhnya Hanzhalah akan tetap menjadi kebanggaan dan terpatri dalam dada kaum muslimin bukan hanya untuk Aus saja! Semoga Allah ridha terhadap Hanzhalah bin Abi Amir Radiallahuanhu. (kis)
sumber: Suaramedia

Minggu, 11 Maret 2012

Magic Video: Simple Trick

Salam Magic Dakwah
Bagi kawan yang kesulitan memulai sebuah pembukaan yang menarik, trik sederhana ini mungkin bisa berguna... silakan di download dan disimak...



dengan latihan yg sederhana, efek magicnya akan kawan dapatkan.

Ok?

Selasa, 06 Maret 2012

Magic Video: Cerita Cinta Hafizah

Salam Magic Dakwah...

Kawan, berikut ini adalah 2 buah video yang bercerita tentang kisah cinta hafizah.
Intinya sih ada prediksi ustadz Abay dan di akhir cerita, akan ada tulisan besar:
A N T I - V D A Y

penasaran? ah... tunggu apa lagi. Simak yah.

Mohon dibagikan jika bermanfaat.

ini part 1


Nah... yang ini adalah part 2

Ini adalah penampilan ustadz Abay di SMKN 1 Barabai. Untuk Seminar V-Day.

Info dan UNdangan Magic Dakwah: 081 250 16 3663 atau 1924magic@gmail.com
FB: 1924magic, follow us: @magicdakwah

Senin, 05 Maret 2012

Buku: Revolusi dari Rumah Kami


setelah Menggenggam Bara Islam
dan Melawan Dengan Cinta
saatnya
REVOLUSI DARI RUMAH KAMI


-karena pernikahan adalah perlawanan-

“Seperti aku, tentu kau juga sudah jengah membincang pernikahan dalam suasana merah jambu.
Mari bersamaku,
membincangnya dengan warna merah menyala.
Ya, pernikahan adalah tungku yang memanaskan hawa perjuangan.
Hingga kelak, kita akan berkata dengan bangga:
Rabbi, Revolusi ini berawal dari rumah kami!

Jumat, 24 Februari 2012

contoh kisi materi Magic Dakwah


Kisi Materi: MagicDakwah
Menjaga Kesadaran

MagicDakwah Menjaga Kesadaran terbagi dalam 3 sesi. Masing-masing sesi dibuka atau ditutup dengan sebuah pertunjukan magic. Pada masing-masing sesi terdapat dua sampai tiga materi yang saling berhubungan. Berikut ini adalah tiga sesi yang ada pada MagicDakwah Menjaga Kesadaran.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...