THIS BLOG IS UNDER CONSTRUCTIONS
Selamat datang di Blog Magic Dakwah. Contact Us: 081 250 16 3663. atau 1924magic@gmail.com. Follow Us: @Magicdakwah
English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Senin, 23 April 2012

Nyawa Rp 100,-

Oleh: Hendra Madjid
Author Magic-dakwah.blogspot.com

 gambar ini bukan ilustrasi dari cerita. Karena dalam kisah ini adalah koin Rp 100,-

Beberapa waktu yang lalu saat berdiskusi dengan ustadz Abay, beliau bercerita tetang sebuah cerita yang menurut saya inspiratif. Walau sumber cerita asli (katanya nyata) tidak dapat saya temukan,saya yakin gubahan cerita ke dalam kondisi keindonesiaan bisa memberi pelajaran kepada kita semua.


Cerita berawal ketika seorang pemuda miskin yang berupaya mencari nafkah untuk dia dan keluarganya. Pagi itu dia berangkat untuk mengerjakan apapun yang bisa menghasilkan uang.

Dalam perjalanan, dia tanpa sengaja dia menemukan koin Rp 100,- (dalam cerita asli 10 sen). Saat ini koin seratus rupiah tak bernilai apa-apa. Bahkan tidak bisa untuk membeli sebiji permen (di tempat saya permen 3 buah = Rp 500,-). Selain karena memang itu koin yang sudah tidak laku lagi dan bentuknya sudah penyok sehingga betul-betul tidak bernilai.

Pemuda tadi lalu menuju bank untuk menukarkan koin. Dia berharap itulah rizki pertama yang bisa dia dapatkan hari itu, uang Rp 100,-. Namun ternyata pihak bank tidak mau menerima uang itu. Karena memang sudah tidak laku. Tapi teller bank tadi menyarankan agar menukarkan koin itu pada kolektor koin yang tempatnya tidak jauh dari bank.

Sekeluarnya pemuda dari bank, dia langsung menuju kolektor yang dimaksud. Saat dia bertanya apa koin itu bisa ditukar, kolektor dengan senyum sumringah mengangguk. "berapa?" tanya pemuda. "untuk koin 100 ini, sebenarnya saya sudah memiliki. Namun, jika anda mau, saya akan membelinya dengan harga Rp 5.000.000,-" jawab kolektor. Tanpa berpikir panjang, apalagi melakukan proses tawar-menawar pemuda tadi menyetujui harga tersebut.

Kini di kantong pemuda tadi sudah ada lima juta. Sembari berjalan, diapun teringat di rumahnya belum ada lemari untuk menyimpan pakaiannya dan keluarga. Dalam pemikiran sederhana pemuda ini, "saya akan belikan kayu untuk membuat lemari di rumah. Tapi harus dengan kayu terbaik. Karena inilah yang akan bisa dibanggakan". Kalau menurut saya, kenapa tidak dijadikan modal usaha saja?

Haha... tapi cerita ini tidak seperti yang saya harapkan. Pemuda tadi meneruskan niatnya untuk membeli kayu terbaik untuk dibuat lemari. Dan kontan, harga kayu itu adalah Rp 5.000.000,- (koq bisa ya? lanjutkan saja membaca ceritanya). Pemilik toko kayu bersedia meminjamkan gerobaknya agar pemuda bisa membawa kayu hingga ke rumahnya. Dan pulanglah dia.

Dalam perjalanan pulang dia melewati beberapa toko Meubel. Dan secara kebetulan, salah seorang pemilik toko Meubel menghentikan langkahnya. Dilihatnya kayu-kayu yang dibawa pemuda tadi. Sambil berdecak dia berkata "Bolehkah saya membeli kayu ini? Saya sangat memerlukannya untuk membuat Lemari dan Meubel lain". Pemuda tadi sebenarnya sedikit keheranan, tapi dia memberanikan diri untuk bertanya. "memang berapa bapak mau beli?" tanyanya. "Kayu ini lumayan bagus, saya beli Rp 10 juta. Bagaimana? Tapi saat ini saya tidak bisa membeli secara tunai. Anda bisa memilih beberapa Meubel saya, sehingga harganya Rp 10 juta. Bagaimana?"

Pemuda ini merasa sangat beruntung, karena dia tidak perlu lagi bersush payah membuat lemari. Mahal sekarang dia akan mendapatkan meubel lain seperti kursi, meja dan lain-lain. Akhirnya kesepakatanpun terjadi. Gerobak yang tadinya penuh kayu, sekarang sudah berat dengan beberapa meubel di atasnya. Tak jauh dia berjalan, sebuah mobil mewah memberi tanda agar dia berhenti.

"Pak, kami sedang mencari meubel. Tapi tak ada yang cocok dengan rumah kami. Saya melihat barang yang bapak bawa sesuai dengan model meubel yang kami inginkan. Boleh kami membelinya?" tanya Seorang yang baru keluar dari mobil. Kali ini pemuda itu semakin terkejut. Dia tersenyum tanpa berkata. "bagaimana jika saya beli Rp 25juta?". Si pemuda mengangguk. Dan uang tunai itu segera dia dapatkan stelah proses antar jemput selesai.

Malam telah tiba. Semakin pekat. Tapi hati sang pemuda begitu riang bahagia. Tak menyangka dia mendapatkan rizki sebanyak itu. Diapun mempercepat langkah agar segera bisa membagi kebahagiaan dengan istrinya.

Jika cerita berakhir sampai di sini, kita akan berkesimpulan bahwa pemuda ini begitu beruntung. Tapi, cerita ini belum habis kawan. Sebelum sampai ke rumah, pemuda ini dicegat oleh sekawanan preman yang setengah mabuk. Lalu preman-preman itu mengancam dan akhirnya merampok sang pemuda.Habislah sudah Rp 25 juta yang sempat menjadi asa untuknya dan keluarga.

Sesampainya di rumah pemuda tadi mencuci muka dan duduk bersama istrinya. "Di luar tadi ada apa kang? koq kayaknya ribut banget..." buka sang istri memulai pembicaraan. "Ah, itu preman-preman pasar yang biasa malakin warga. Dan hari ini kena giliran ayah yang kena palak" kata si suami. "memangnya mereka berhasil memalak berapa dari ayah?". Sembari tersenyum simpul, dia berkata "tidak banyak. Mereka hanya merampok Rp 100,-"

***
Beberapa orang di antara kita mungkin akan berpendapat, betapa ruginya pemuda ini? Kasihan dia.
Kawan, kalau kita menghitung secara materi, pemuda ini sungguh telah beruntung dan rugi sekaligus. Karena dari Rp 100,- menjadi Rp 5.000.000,- lalu berevolusi menjadi Rp 10juta dan 25 juta, lalu dia dirampok. Kalau seandainya pemuda itu melawan dan berduel dengan para preman tadi mungkin hasilnya akan berbeda. Tentu tidak salah kita menghitung-hitung dari sisi ini. Tapi tahukah sebenarnya kita. Bahwa sang pemuda itu benar-benar telah beruntung seberuntung-beruntungnya. Karena dia telah menyelamatkan hartanya yang paling berharga: NYAWA.


Silakan berkomentar.... Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...